Oleh: Dr. Marsigit, MA
Reviewed by : Margaretha Madha Melissa (09301244013)
Standar nasional pendidikan matematika di Indonesia adalah kompetensi minimum yang harus ditunjukkan siswa meliputi afektif, kognitif, dan ompetensi psikomotor. Hal itu berarti pemerintah mendorong guru untuk mengembangkan kecakapan hidup siswa dengan mengembangkan lingkungan untuk mendukung aktivitas siswanya. Matematika di SMP berfungsi untuk mendorong siswa agar dapat berfikir logis, analitis, sistematik, kritis, kreatif, dan dapat bekerjasama dengan yang lain dengan menggunakan symbol, diagram, dan sumber lain untuk menyelesaikan masalah. Jadi, sejak matematika dasar seharusnya siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah matematika secara kontekstual dan realistic. Untuk membuat pelajaran matematika dasar lebih efektif, maka guru perlu mengembangkan sumber daya seperti teknologi informasi, alat bantu pengajaran, dan media lain.
Tujuan dari belajar mengajar matematika di SMP, yaitu :
1. memahami konsep matematika, menjelaskan hubungannya, dan menerapkannya untuk menyelesaikan masalah secara akurat dan efisien.
2. mengembangkan kemampuan berfikir untuk mempelajari pola dan karakter matematika, memanipulasi, membuktikan, dan menjelaskan ide.
3. mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah yang meliputi pemahaman masalah, memecahkan mereka dan memperkirakan hasil.
4. Untuk mengkomunikasikan ide matematika menggunakan symbol, table, diagram, dan media lain.
5. untuk mengembangkan apresiasi dari penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, keingintahuan, pertimbangan, dan kemampuan untuk belajar matematika serta kuat dan percaya diri.
Matematika harus dekat dengan kehidupan anak dan relevan dengan setiap situasi dalam kehidupan. De Lange menyatakan bahwa situasi masalah dapat dilihat sebagai aplikasi atau model. Pendidikan matematika diselenggarakan sebgai proses untuk menemukan kembali, dimana siswa dapat mengalami proses yang sama dibandingkan dengan proses di mana matematika diciptakan. Dua jenis matematika yang diformulasikan secara eksplisit pada konteks pendidikan oleh Treffers yaitu horisontal dan vertical matematika. Dalam matematika horizontal, siswa mjenggunakan alat yang dapat membantu mengorganisasi dan menyelesaikan masalah di dalam kehidupan nyata. Di sisi lain, vertical matematika adalah proses mengorganisasi kembali system matematika itu sendiri.
Menurut Emilie A. Naiser dalam pembelajaran, guru perlu : memastikan bahwa siswa menguasai kemampuan prasyarat, memperkenalkan instruksi kemampuan dengan demonstrasi sinbgkat dan jelas, mengenalkan instruksi dengan materi konkritèsemi konkritèabstrak, contoh pengajaran merupakan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk berlatih, contoh termasuk variasi dari semua jenis masalah, memberikan instruksi sistematis tentang diskriminasi antara jenis masalah yang berbeda , menyediakan praktek yang dipandu sebelum penugasan mandiri.
Ada 6 kelompok guru yang mendorong model iceberg untuk mengajar pecahan di SMP, antara lain: pengurangan pada bilangan pecahan, persentase dan permil, membandingkan pecahan, pecahan decimal, bilangan campuran, pembagian pada pecahan.
Namun, ada kelompok guru yang tidak yakin mau mengenalkan matematika konkrit pada siswanya atau menunggu mereka dapat menemukannya sendiri. Untuk model materi, guru berusaha mengidentifikasi peran representasi visual untuk mengatur hubungan antara konsep pecahan, relasi dan operasinya. Dalam membangun hubungan matematis, para guru merasa bahwa siswa perlu mengembangkan sikap matematika mereka sebaik metode matematika. Guru seharusnya dapat memfasilitasi pertanyaan, interaksi dan kegiatan siswa. Guru merasa bahwa pengertan formal pecahan, relasinya, dan operasinya muncul sejalan dengan diskusi dengan kelompok kecil. Mereka akan menemukan apa yang mereka sukai ketika mereka memahami pengertian formal pecahan secara jelas.
Kesimpulannya, banyak guru membawa banyak pemahaman pecahan secara informal untuk usaha mereka dalam mengembangkan model iceberg untuk mengajar pecahan. Guru mengira bahwa ada kecenderungan siswa akan mempertimbangkan pecahan tidak hanya bilangan bulat tetapi juga bilangan rasional. Meskipun model iceberg memperkuat siswa untuk membangun konsep mereka tentang pecahan, masih ada kesulitan bagi siswa untuk memecahkan masalah secara simbolis. Sebagian besar guru mengakui bahwa pecahan bisa menjadi tugas yang sangat abstrak dan sulit bagi siswa. Sementara itu, mereka juga menemukan bahwa model iceberg adalah pendekatan yang sangat penting dan berguna untuk mengajar pecahan di SMP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar