Minggu, 18 September 2011

DEVELOPING SCHOOL-BASED CURRICULUM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL MATHEMATICS IN INDONESIA


Oleh: Dr. Marsigit, MA
Reviewed by : Margaretha Madha Melissa (09301244013)

Pemerintah Indonesia berusaha untuk menanggapi isu terkini pendidikan dan mengambil tindakan untuk menerapkan kurikulum "sekolah berbasis kurikulum" untuk pendidikan dasar dan menengah yang secara efektif dimulai pada tahun akademik 2006/2007. Meningkatkan intelektual rakyat dan memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 selalu menjadi keprihatinan utama dari Pemerintah Indonesia. Tujuan dari sistem pendidikan, meliputi: meningkatkan pengabdian penuh kepada Allah SWT, mengembangkan kecerdasan dan keterampilan individu, mendorong sikap positif kemandirian dan pengembangan, memastikan bahwa semua anak yang bisa membaca, menulis, dan berhitung.
Penelitian saat ini (Herawati Susilo, 2003) pada matematika dan ilmu pengetahuan, pendidikan di Indonesia memiliki indikasi bahwa prestasi anak dalam mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan rendah, seperti ditunjukkan oleh hasil Ujian Nasional baik di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Penguasaan anak-anak pada konsep matematika dan keterampilan proses matematika masih rendah. Faktor yang menyebabkan hal tersebut, antara lain: kurang kegiatan laboratorium, guru kurang menguasai keterampilan pendekatan proses, kurikulum matematika dan ilmu pengetahuan lain terlalu ramai, kurangnya peralatan laboratorium dan sumber daya laboratorium manusia. Upaya saat ini untuk meningkatkan pendidikan matematika di Indonesia meliputi kerjasama untuk melaksanakan kegiatan percobaan pengajaran matematika di sekolah-sekolah SMP di beberapa daerah negara (Marsigit, 2003). Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan mencoba beberapa model mengajar di sekolah. Kegiatan uji coba dilakukan melalui penelitian tindakan kelas antara kolaborasi dosen dan guru.
Perhatian utama dalam pengembangan kurikulum matematika adalah untuk memastikan bahwa kurikulum mencerminkan proses belajar mengajar yang telah dimaksudkan, karena itu kita perlu mengembangkan: pedoman untuk mengembangkan silabusnya, pedoman pelaksanaan kurikulum, mendukung dokumen-dokumen seperti handout, lembar kerja siswa, guru keterlibatan dalam pengembangan kurikulum, kurikulum sosialisasi dan diseminasi dikembangkan, dan  pemantauan rutin implementasi nya. Kegiatan matematika harus dipilih dengan cermat sehingga anak-anak membentuk konsep, mengembangkan keterampilan, mempelajari fakta-fakta dan memperoleh strategi untuk menyelidiki dan memecahkan masalah (Ebbutt, S. dan Straker, A., 1995).
Usulan kurikulum nasional matematika SMP terdiri dari topik-topik berikut: bilangan bulat, aljabar dan aritmatika sosial, pertidaksamaan linier dengan satu variabel, garis dan sudut, bidang, himpunan, faktorisasi bentuk aljabar, teorema Phytagoras, dan lain-lain. Program pengawasan telah dilakukan di beberapa wilayah untuk menyelidiki dan mengidentifikasi sejauh mana kekuatan, kelemahan, dan kendala dari pelaksanaan kurikulum baru. Ada ditemukan bahwa: banyak guru masih memiliki masalah dalam melaksanakan Standar Kompetensi Nasional dan Kompetensi Dasar ke dalam proses belajar mengajar matematika, mengalami kesulitan dalam mengembangkan Lembar kerja Siswa, kesulitan dalam mengembangkan masalah kontekstual matematika, kesulitan mengembangkan alat-alat peraga, siswa lebih senang dalam matematika pembelajaran, khususnya dalam diskusi kelompok, dan lain-lain. Hasil dari program pemantauan menunjukkan bahwa: sosialisasi kurikulum baru perlu ditingkatkan, partisipasi guru, kepala sekolah dan pengawas perlu ditingkatkan, dan sumber daya pendukung untuk kurikulum baru perlu dikembangkan secara ekstensif.
Kesimpulannya, untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika, pemerintah pusat perlu: mendefinisikan kembali peran guru yaitu mereka harus memfasilitasi siswa untuk belajar, mendefinisikan kembali peran kepala sekolah yaitu mereka harus mendukung pengembangan profesional guru dengan memungkinkan mereka untuk menghadiri dan berpartisipasi dalam ilmiah, pertemuan dan pelatihan, mendefinisikan kembali peran sekolah yaitu mereka harus mempromosikan manajemen berbasis sekolah, mendefinisikan kembali peran pengawas yaitu mereka perlu memiliki yang latar belakang sama dengan guru yang mereka awasi sehingga dapat melakukan supervisi akademik, mempromosikan kolaborasi yang lebih baik antara sekolah da universitas, dan mendefinisikan system evaluasi nasional.

Tidak ada komentar: