Selasa, 20 November 2012

MENCOBA MENGERTI FILSAFAT


Ada 2 hukum di dunia ini yang paling mendasar. Yang pertama hukum identitas dan yang kedua hukum kontradiksi. Hukum identitas jika a = a, aku = aku, berdiri = bediri. Tetai, jika memperhatikan ruang dan waktu maka hukum identitas tidak akan pernah tercapai. Hukum identitas itu artinya subjek = predikat. Hanya Tuhan yang merupakan subjek = predikat, maka orang tidak pernah sama dengan namany. Maka 2 = 2 itu hanya bear jika dipikirkan, kalau ditulis dan diucapkan menjadi salah. Karena kita tidak bisa mengucapkan banyak kata dalam sekali ucap. Maka dalam matematika hanya benar jika dalam pikiran, yang tertulis itu salah menurut filsafat. Dalam hidup ini berlaku hukum kontradiksi, subjek tidak sama dengan predikat. Maka kita tidak pernah sama dengan nama kita masing-masing. Hukum identitas yang kemudian disebut sebagai analitik. Ilmu yang bersifat analitik adalah matematika, karena yang benar adalah yang ada di dalam pikiran. Hukum kontradiksi sifatnya adalah sintetik. Oleh karena itu, di dalam logika (berfikir murni, matematika) sifat pengetahuany bersifat analitik, maka nilai kebenaranya apakah dia konssten atau tidak. Maka matematika nilai kebenaranya dilihat apakah konsisten atau tidak. Sedangkan dalam dunia ini hukumnya adalah kontradiksi, nilai kebenaranya adalah korespondensi. Kemudian ditambah unsure lagi yang identitas berupa definisi, teorema, aksioma, dan lain-lain. Disamping bersifat analitik, maka berfikir itu punya sifat apriori. Apriori itu punya kelebihan merencanakan dan memikirkan apa yang belum dilihat. Sebaliknya dunia pengalaman bersifat aposteriori. Jadi berfilsafat itu berkontradiksi, siap berkotradiksi dengan pikiranmu. Hubunganya dengan hati adalah jangan membiarkan hati kita berkontradiksi, karena jika berkontradiksi maka adalah setan. Ephoce adalah tempat untuk membuang hal-hal yang tidak kita pikirkan. Orang beragama dan tidak beragama bedanya di etik dan estetika, bisa mengelola hati yang tegoda oleh setan.
Tiada seorang filsuf pun yang mengaku dirinya filsuf. Misalya Plato hanya berkarya saja, dan orang lain yang menganggap filsuf. Tiadalah orang yang mampu menguasai filsafat, hanya berusaha mempelajari. Filsafat seorang guru menentukan belajar A dan siswa ingin belajar B, filsafatnya adalah terjeman dan menerjemahkan, yaitu hermeunitika/berinteraksi. Fungsi guru adalah menyediakan alat, sarana, fasilitas sehingga siswa dapat belajar matematika secara optimal. Filsuf, filsuf ilmuan, dan ilmuan filsuf itu berbeda. Misalnya Emanuel Kant dan Pythagoras adalah matmatikawan sekaligus filsuf. Godel dan Fermat adalah tokoh matematikawan murni.
Romamtisme itu bahwa yang benar adalah yang romantic, yang ada yang romantic, hidup ini dipandang sebagai sesuatu yang romantic. Ada unsur keindahan, percintaan, dan unsure kuasa. Kalau dilihat dari romantisisme, peperangan di teluk Persia adalah percintaan Sadam Husein dan Josh Bush. Ketampanan diukur dari kekuasaan. Misalnya di Indonesia yang paling tampan adalah Susilo Bambang Yudoyono, sedangkan di dunia yang paling tampan adalah Barrack Obama.
Munculnya filsafat karena orang tertarik pada objek di luar dirinya, maka orang emnajdi bertanya unsure yang membentuk objek di luar dirinya. Objek pertama filsafat adalah alam. Refleksi paling tinggi dalam filsafat karena di dalamnya ada judgement. Wayang adalah bayangan yang di dalamnya mengandung estetika, unsure filsafat, ilmu, dan seterusnya. Intisari wayang memperoleh kebaikan dan menghindari keburukan. Di dalam wayang ada tokoh-tokoh, di dalam filsafat juga ada tokoh yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Dari sisi filsafat, wayang itu adalah usaha memperbincangkan tokoh-tokoh manusia, sebagai simulasi. Di dalam filsafat kita memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Tingkatan yang paling tinggi dari siswa memperlajari matematika adalah jika dapat memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada dalam matematika sekolah. Maka ukuran kita dapat berfilsafat jika mampu  memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Wayang juga mengajarkan nilai tata krama dan pusat-pusat kerajaan.
Kita tidak bisa memiih fisafat, artinya filsafat itu lebih dari cair, lebih dari seperti udara, lebih dari secepat suara, tetapi secepat cahaya karena filsafat adalah olah pikir. Para filsuf adalah pintu masuknya filsafat. Jika kita mengambil salah satu filsuf, pasti akan membaca tokoh yang lain. Misalnya tokoh Imanuel Kant yang tetap juga berubah, idealis juga realis, rasionalis juga empiris.
Tesis adalah yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya tesisnya A, maka antitesisnya adalah selain A. Maka kita bisa mendefinisikan dunia dengan tesis dan antithesis. Jika ada perbedaan adalam pendapat, maka dibicarakan. Untuk mengetahui olah pikir kita mengalami peningkatan adalah dengan refleksi, setiap jenis ujian adalah refleksi.

Pertanyaan:
1.      Bagaimana mengaplikasikan ilmu filsafat dalam kehidupan kita?

Tidak ada komentar: