Selasa, 09 Oktober 2012

FILSAFAT MEMBINGUNGKAN?


Filsafat akan membuat orang lain menjadi semakin jelas. Jika menjadikan seseorang menjadi bingung, maka filsafatnya bermasalah. Jadi, jika kita mengalami kebingungan, bukan penjelasanya yang kurang jelas, tetapi kita yang sedang belajar. Terjadilah hubungan timbal balik, karena metode berfilsafat itu terjemah menerjemahkan.
Persoalan filsafat ada 2, jika yang dipikirkan di luar pikiranmu, bagaimana kita mengetahuinya. Sebagian besar merasa sudah mengetahuinya,padahal belum mengetahuinya. Maka sebodoh-bodohya orang jika tidak tahu,tetapi merasa sudah tahu. Kalau sudah tahu, maka bagaimana menjelaskannya pada orang lain. Contohnya: betapa sulitnya menjelaskan rasa cinta suami pada istrinya. Tetapi jika istrinya bertanya, “Bagaimana cinta suaminya besok? Bagaimana setelah 10 tahun lagi?” maka tidak akan pernah bisa menjelaskan rasa cintanya.
Berfilsafat adalah olah pikir yang reflektif. Hidup dibagi 2, yaitu tataran atas dan tataran bawah. Tataran atas adalah logika, sedangkan tataran bawah adalah pengalaman. Contoh berfikir tanpa pengalaman: orang takut dengan singa walaupun tidak mempunyai pengalaman diterkam singa. Contoh pengalaman yang tidak pakai berfikir: kita mengajak kucing berlibur ke pantai, tetapi kucing tidak bisa memikirkan pengalamanya. Padahal sebagain besar manusia tidak memikirkan pengalamanya. Itulah tugas dan manfaat berfilsafat.
Ketika masih belajar, jangan prejudging. Cara mengembalikan keoriginalan pikiran kita adalah dengan berinteraksi, terjemah dan menterjemahkan. Menggapai keseimbangan berfikir, keseimbangan filsafat, dan keseimbangan hidup berdasarkan keteguhan hati atau spritualitas, sehingga pemikiran orang lain untuk membangun filsafat. Tidak ada seorang filsuf pun yang tidak terinsprirasi oleh filsuf lain. Karena hidup kita tidak terisolasi. Orang yang tidak mau berfilsafat, seperti orang yang berada di laut, tetapi tidak peduli dengan airnya apakah asin atau tawar. Kita adalah subjek atau objek yang berputar pada porosnya, yaitu spritualitas. Belajar filsafat itu bersifat anyware and anytime. Semakin air mendekati hulu, maka airnya semakin universal, sedangkan semakin mendekati hilirairnya semakin kontekstual. Begitu pula yang terjadi pada filsafat, semakin ke atas maka filsafat semakin universal, semakin ke bawah semakin kontekstual.
Objek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang mungkin ada itu terletak di dalam pikiran kita. Hidup setiap saat adalah mengubah yang mungkin ada menjadi ada. Tiada berfilsafat kalau tidak mengacu pada tokoh.
Mengembangkan pola pikir dalam berfilsafat yaitu dengan metode hidup. Contohnya: bagaimana pohon bisa hidup, burung bisa hidup, dan seterusnya. Seperti bumi yang berpusat pada porosnya, maka bumi tidak akan pernah menempati ruang yang sama, seperti kita yang tidak pernah menempati tempat yang sama. Hendaknya kita meniru ciptaan Tuhan, maka kita berputar pada doa kita.
Memulai filsafat dengan baik dan benar dengan menaati norma yang disepakati. Kepastian adalah musuh filsafat. Dalam urusan pikiran, maka kepastian adalah musuhnya. Kadangkala kita mengalami kebingungan dalam berfilsafat, hal itu terjadi supaya kita mampu memikirkannya. Kebingungan yang terjadi karena isi mencari wadahnya. Misalnya bola yang ditempatkan pada ruangan besar bisa ditendang ke segala arah, sedangkan jika ditempatkan pada wadah yang pas, maka tidak akan bisa bergerak. Jika kita mengalami kebingungan dalam filsafat, hendaknya kita berhenti memikirkanya lalu berdoa atau beristirahat. Karena filsafat itu adalah proses mengembarakan pikiran yang bisa mengakibatkan hati bererosi. Maka dalam satu kali berfilsafat, hendaknya kita sepuluh kali berdoa. Jika dua kali berfilsafat, maka 20 kali berdoa.
Jangan merasionalkan keyakinan kita. Filsafat itu tergantung orangnya. Batas antara sesat dan tidak sesat itu tipis. Seperti yang terjadi pada bawang. Bawang itu adalah isi sekaligus juga kulit.
Diri kita sendiri adalah ketidakadilan. Kodrat bahwa manusia tidak bisa adil, kodrat pula manusia berusaha menjadi adil. Karena ada hukum reduksi, Tuhan juga memberlakukanya. Contoh: kita tidak memilih siapa ibu yang akan melahirkan kita. Kita bisa hidup karena ketidakadilan itu. Ikhtiar manusia untuk mengapai keseimbangan.
Berfikir filsafat itu abstrak dan riil. Anak kecil belajar menggunakan mitos, karena melakukan tanpa mengetahui. Ilmu matematika adalah pengandaian. Konsep awal, awal bisa menjadi segala-galanya. Manusia tidak bisa lepas dari awal. Dalam filsafat, awal adalah pondasi, aliranya adalah fondasionalism. Kita dikatakan mulai berfilsafat saat merefleksikan hidup. Setiap yang ada dan yang mungkin ada punya kebenaranya masing-masing. Kebenaran spriritual itu absolute. Filsafat itu berbicara tentang berpikir. Matakognisi bisa dikategorikan ilmu bidang psikologi, tetapi bisa ikut filsafat.
Filsafat itu olah pikir. Jadi, manfaat kita belajar filsafat adalah kita bisa berolah pikir. Kalau tidak belajar filsafat, berarti tidak mempelajari cara filsafat. Filsafat matematika adalah memikirkan apa yang ada dan yang mungkin ada dalam matematika. Filsafat itu menembus ruang dan waktu.

Pertanyaan:
1.      Mengapa filsafat itu dikatakan menembus ruang dan waktu?

Tidak ada komentar: