Filsafat akan
membuat orang lain menjadi semakin jelas. Jika menjadikan seseorang menjadi
bingung, maka filsafatnya bermasalah. Jadi, jika kita mengalami kebingungan,
bukan penjelasanya yang kurang jelas, tetapi kita yang sedang belajar.
Terjadilah hubungan timbal balik, karena metode berfilsafat itu terjemah
menerjemahkan.
Persoalan
filsafat ada 2, jika yang dipikirkan di luar pikiranmu, bagaimana kita
mengetahuinya. Sebagian besar merasa sudah mengetahuinya,padahal belum mengetahuinya.
Maka sebodoh-bodohya orang jika tidak tahu,tetapi merasa sudah tahu. Kalau
sudah tahu, maka bagaimana menjelaskannya pada orang lain. Contohnya: betapa
sulitnya menjelaskan rasa cinta suami pada istrinya. Tetapi jika istrinya
bertanya, “Bagaimana cinta suaminya besok? Bagaimana setelah 10 tahun lagi?”
maka tidak akan pernah bisa menjelaskan rasa cintanya.
Berfilsafat
adalah olah pikir yang reflektif. Hidup dibagi 2, yaitu tataran atas dan tataran
bawah. Tataran atas adalah logika, sedangkan tataran bawah adalah pengalaman. Contoh
berfikir tanpa pengalaman: orang takut dengan singa walaupun tidak mempunyai
pengalaman diterkam singa. Contoh pengalaman yang tidak pakai berfikir: kita
mengajak kucing berlibur ke pantai, tetapi kucing tidak bisa memikirkan
pengalamanya. Padahal sebagain besar manusia tidak memikirkan pengalamanya.
Itulah tugas dan manfaat berfilsafat.
Ketika
masih belajar, jangan prejudging.
Cara mengembalikan keoriginalan pikiran kita adalah dengan berinteraksi,
terjemah dan menterjemahkan. Menggapai keseimbangan berfikir, keseimbangan filsafat,
dan keseimbangan hidup berdasarkan keteguhan hati atau spritualitas, sehingga
pemikiran orang lain untuk membangun filsafat. Tidak ada seorang filsuf pun
yang tidak terinsprirasi oleh filsuf lain. Karena hidup kita tidak terisolasi.
Orang yang tidak mau berfilsafat, seperti orang yang berada di laut, tetapi
tidak peduli dengan airnya apakah asin atau tawar. Kita adalah subjek atau
objek yang berputar pada porosnya, yaitu spritualitas. Belajar filsafat itu
bersifat anyware and anytime. Semakin
air mendekati hulu, maka airnya semakin universal, sedangkan semakin mendekati
hilirairnya semakin kontekstual. Begitu pula yang terjadi pada filsafat, semakin
ke atas maka filsafat semakin universal, semakin ke bawah semakin kontekstual.
Objek
filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang mungkin ada itu terletak di
dalam pikiran kita. Hidup setiap saat adalah mengubah yang mungkin ada menjadi
ada. Tiada berfilsafat kalau tidak mengacu pada tokoh.
Mengembangkan
pola pikir dalam berfilsafat yaitu dengan metode hidup. Contohnya: bagaimana
pohon bisa hidup, burung bisa hidup, dan seterusnya. Seperti bumi yang berpusat
pada porosnya, maka bumi tidak akan pernah menempati ruang yang sama, seperti
kita yang tidak pernah menempati tempat yang sama. Hendaknya kita meniru
ciptaan Tuhan, maka kita berputar pada doa kita.
Memulai
filsafat dengan baik dan benar dengan menaati norma yang disepakati. Kepastian
adalah musuh filsafat. Dalam urusan pikiran, maka kepastian adalah musuhnya. Kadangkala
kita mengalami kebingungan dalam berfilsafat, hal itu terjadi supaya kita mampu
memikirkannya. Kebingungan yang terjadi karena isi mencari wadahnya. Misalnya
bola yang ditempatkan pada ruangan besar bisa ditendang ke segala arah,
sedangkan jika ditempatkan pada wadah yang pas, maka tidak akan bisa bergerak. Jika
kita mengalami kebingungan dalam filsafat, hendaknya kita berhenti memikirkanya
lalu berdoa atau beristirahat. Karena filsafat itu adalah proses mengembarakan
pikiran yang bisa mengakibatkan hati bererosi. Maka dalam satu kali berfilsafat,
hendaknya kita sepuluh kali berdoa. Jika dua kali berfilsafat, maka 20 kali
berdoa.
Jangan
merasionalkan keyakinan kita. Filsafat itu tergantung orangnya. Batas antara
sesat dan tidak sesat itu tipis. Seperti yang terjadi pada bawang. Bawang itu
adalah isi sekaligus juga kulit.
Diri
kita sendiri adalah ketidakadilan. Kodrat bahwa manusia tidak bisa adil, kodrat
pula manusia berusaha menjadi adil. Karena ada hukum reduksi, Tuhan juga
memberlakukanya. Contoh: kita tidak memilih siapa ibu yang akan melahirkan
kita. Kita bisa hidup karena ketidakadilan itu. Ikhtiar manusia untuk mengapai
keseimbangan.
Berfikir
filsafat itu abstrak dan riil. Anak kecil belajar menggunakan mitos, karena
melakukan tanpa mengetahui. Ilmu matematika adalah pengandaian. Konsep awal,
awal bisa menjadi segala-galanya. Manusia tidak bisa lepas dari awal. Dalam filsafat,
awal adalah pondasi, aliranya adalah fondasionalism. Kita dikatakan mulai berfilsafat
saat merefleksikan hidup. Setiap yang ada dan yang mungkin ada punya kebenaranya
masing-masing. Kebenaran spriritual itu absolute. Filsafat itu berbicara tentang
berpikir. Matakognisi bisa dikategorikan ilmu bidang psikologi, tetapi bisa
ikut filsafat.
Filsafat
itu olah pikir. Jadi, manfaat kita belajar filsafat adalah kita bisa berolah
pikir. Kalau tidak belajar filsafat, berarti tidak mempelajari cara filsafat.
Filsafat matematika adalah memikirkan apa yang ada dan yang mungkin ada dalam
matematika. Filsafat itu menembus ruang dan waktu.
Pertanyaan:
1.
Mengapa filsafat itu dikatakan menembus
ruang dan waktu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar