Jumat, 28 September 2012

FILSAFAT DALAM ANGANKU


Filsafat pendidikan matematika terdiri dari filsafat dan pendidikan matematika. Dalam hal ini kata filsafat ditempatkan di depan pendidikan matematika. Kata filsafat juga dapat ditempatkan di depan kata yang lain, misalnya filsafat pendidikan biologi, filsafat sains, filsafat olah raga, filsafat seni, filsafat politik, filsafat hidup, filsafat mati, filsafat lahir, filsafat cinta dan seterusnya. Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.
Defenisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah masalah falsafi pula. Menurut para ahli logika ketika seseorang menanyakan pengertian (defenisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika.
Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah: upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas, upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata, upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber daya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya, penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan, disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.
Ada tiga karakteristik berpikir filsafat yakni: sifat menyeluruh, sifat mendasar, dan spekulatif. Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit. Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar. Spekulatif: dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu (Takwin, 2001). Filsafat jua bisa didefinisikan sebagai hidup, jadi metode berfilsafat adalah metode hidup. Karena filsafat itu metode hidup yang mempelajari pola berfikir maka ada beberapa asumsi, yang pertama adalah melihat fakta tenang kondisi faktual pribadi kita masing-masing. Sebagai anak muda kita masih berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita kita. Kita memiliki potensi-potensi untuk dikembangkan, misalnya kita kuliah di jurusan pendidikan matematika maka kita mempunyai potensi untuk menjadi seorang guru matematika, tetapi itu baru sebagai potensi belum menjadi kenyataan. Selain itu kita juga berpotensi untuk membangun rumah tangga, menjadi seorang istri atau suami, tetapi semua hal itu masih sebagai potensi dan belum menjadi kenyataan. Potensi lain yang kita miliki misalnya potensi menjadi dosen, berpotensi melanjutkan kuliah S2 di luar negeri, dan lain sebagainya.
 Belajar filsafat itu harus bebas, bebas dari motif, bebas berfikir (free thingking) tanpa tekanan, tanpa paksaan dari orang lain, tanpa dikejar-kejar, dan sebagainya. Kalau kita dalam keadaan tertekan atau dikejar-kejar sesuatu, bagaimana kita dapat mempelajari filsafat, padahal filsafat itu sendiri adalah bebas berfikir (free thinking). Jadi kita tidak bisa mempelajari filsafat bila di bawah tekanan orang lain, dipaksa orang lain, atau dikejar-kejar orang lain. Belajar filsafat itu berarti membelajari tata cara berfilsafat. Seperti halnya beribadah, kita mempelajari tata cara beribadah yang sebenarnya ibadah itu sendiri. Misalnya untuk yang beragama Islam mempelajari tata cara sholat, sebenarnya sholat itu adalah ibadah itu sendiri. Untuk yang beragama Katholik mempelajari tata cara penerimaan sakramen babtis, sakramen babtis itu adalah ibadah itu sendiri, dan seterusnya untuk agama lain ada tata cara tersendiri untuk beribadah.
Filsafat dapat didefinisikan sebagai apa saja. Plato (427–348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Menurut Descartes (1596–1650), filsafat ialah kumpulan segala  pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. Filsafat adalah hidup. Dan di dalam hidup ada pikiran, perasaan, daya upaya, masalah, solusi, dan sebagainya. Salah satu persaan yang kita miliki adalah cinta, terutama kita sebagai anak muda sering merasakan yang namanya jatuh cinta. Apa itu cinta? Bagaiman filsafat cinta? Cinta bukan sekedar rasa suka terhadap lawan jenis, rasa sayang, dan rasa rindu. Banyak orang berusaha mendefinisikan apa itu cinta, namun tidak ada yang sungguh bisa mendefinisikan apa itu cinta. Cinta itu juga tidak terduga kapan datangnya, jatuh cinta kepada siapa, kapan dan dimana akan bertemu tidak ada yang tahu pasti. Pada awal jatuh cinta maka biasanya anak muda merasa bahagia, membayangkan hal-hal yang indah, bahkan kadang bisa tersenyum sendiri. Seperti ada lirik lagu yang berbunyi “Bila aku jatuh cinta aku mendengar nyanyian seribu dewa dewi cinta menggema dunia. Bila aku jatuh cinta aku melihat matahari kan datang padaku dan memelukku dengan sayang. Bila aku jatuh cinta aku melihat sang bulan kang dating paaku dn menemani aku melewati dinginnya mimpi. Bila aku jatuh cinta bersama dirimu.” Namun besarnya cinta seseorang tidak bisa diukur, sehingga terkadang hanya diibaratkan seluas samudra, setinggi bintang di langit, seluas jagad raya, seperti matahari yang tak pernah lelah menyinari bumi, dan lain-lain. Bila orang sedang jatuh cinta maka dia rela melakukan apapun untuk mendapatkan cintanya sehingga muncul kata-kata cinta itu buta, cinta ini kadang tak ada logika, dan sebagainya. Seperti halnya filsafat yang dapat diartikan sebagai sebuah proses, maka dalam filsafat cinta juga terjadi sebuah proses, sehingga suami istri yang sudah menikah 10 tahun pun masih dalam proses memahami satu sama lain, dalam poses saling mencintai, dan mereka tidak tahu setelah 5 tahu lagi bagaimana cinta yang akan mereka alami.
Komponen dasar berfilsafat adalah logika dan pengalaman. Unsur dasar secara filsafati adalah rasio dan pengalaman. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Asumsi kedua adalah sebagai anak muda yang dalam keadaan lari kencang untuk mewujudkan keinginan atau cita-citanya lalu kita disuruh berhenti untuk belajar filsafat. Maka tidak seharusnya ilmu filsafat itu diberikan secara teoritis dengan membaca buku filsafat atau dijelaskan saja, tetapi alangkah lebih tepat atau lebih bijaksana apabila kita sebagai anak muda diberikan ruang untuk dapat membentuk atau membangun sediri apa itu filsafat. Untuk dapat membangun filsafat itu sendiri maka perlu adanya refleksi-refleksi, membaca artikel-artike filsafat kemudian merefleksikannya, merefleksikan apa yang terjadi dalam hidup kita jika dilihat dengan kacamata filsafat.
Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat Barat, filsafat Timur, dan filsafat Timur Tengah. Sementara, menurut latar belakang agama, filsafat dibagi menjadi: filsafat Islam, filsafat Budha, filsafat Hindu, dan filsafat Kristen. Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada, Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan, Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia, Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui, Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Filsafat adalah spiritual. Karena berdoa dan beribadah itu hidup. Beragama yang diwujudkan dengan beribadah itu hedaknya menggunakan hati. Kita tidak bisa menganal Tuhan hanya menggunakan pikiran dan logika saja, kita perlu menggunakan hari kita untuk menengenal Tuhan.


Referensi:
Dikases pada 24 September 2012 pukul 09.00.
NN. 2012. Filsafat. www.wikipedia.co.id/Filsafat.htm . Dikases pada 24 September 2012
pukul 09.00.


Pertanyaan:
1.      Apakah kita bisa hidup tanpa filsafat? Mengapa?
2.      Untuk mencintai seseorang apakah harus mempelajari filsafat cinta? Atau untuk memahamii filsafat cinta harus mengalami yang namanya jatuh cinta?
3.      Apakah dengan adanya globalisasi akan mempengaruhi filsafat itu sendiri?
4.      Karena filsafat adalah hidup, apakah untuk belajar filsafat membutuhkan waktu seumur hidup? Ataukah seumur hidup kita tidak cukup untuk belajar filsafat?
5.      Jika filsafat sapat diartikan apa saja sesuai dengan pandangan masing-masing, apakah pengertian filsafat bersifat relative?

Tidak ada komentar: