Filsafat
pendidikan matematika terdiri dari filsafat dan pendidikan matematika. Dalam
hal ini kata filsafat ditempatkan di depan pendidikan matematika. Kata filsafat
juga dapat ditempatkan di depan kata yang lain, misalnya filsafat pendidikan
biologi, filsafat sains, filsafat olah raga, filsafat seni, filsafat politik, filsafat
hidup, filsafat mati, filsafat lahir, filsafat cinta dan seterusnya. Filsafat
dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal
dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi).
Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Dan
seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti
hakikat. Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf
merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran
kefilsafatan yang dimilikinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya.
Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal
sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Pada
mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka
membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat
praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti:
fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan
matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis
mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan
politik.
Defenisi
kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah masalah falsafi pula. Menurut
para ahli logika ketika seseorang menanyakan pengertian (defenisi/hakikat)
sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi
paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi yang
didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan,
tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari
proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika.
Adapun
beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah: upaya
spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang
seluruh realitas, upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar
secara nyata, upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber
daya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya, penyelidikan kritis atas
pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai
bidang pengetahuan, disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa
yang Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.
Ada
tiga karakteristik berpikir filsafat yakni: sifat menyeluruh, sifat mendasar,
dan spekulatif. Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika
hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu
hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin
yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat
ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit.
Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu
benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria
tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu
apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan
titik yang benar. Spekulatif: dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik
awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah
sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Sehingga
dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
Secara
umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara
sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan
sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha
secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti
dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu
diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu
titik tertentu (Takwin, 2001). Filsafat jua bisa didefinisikan sebagai hidup,
jadi metode berfilsafat adalah metode hidup. Karena filsafat itu metode hidup
yang mempelajari pola berfikir maka ada beberapa asumsi, yang pertama adalah
melihat fakta tenang kondisi faktual pribadi kita masing-masing. Sebagai anak
muda kita masih berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita kita. Kita memiliki
potensi-potensi untuk dikembangkan, misalnya kita kuliah di jurusan pendidikan
matematika maka kita mempunyai potensi untuk menjadi seorang guru matematika,
tetapi itu baru sebagai potensi belum menjadi kenyataan. Selain itu kita juga
berpotensi untuk membangun rumah tangga, menjadi seorang istri atau suami,
tetapi semua hal itu masih sebagai potensi dan belum menjadi kenyataan. Potensi
lain yang kita miliki misalnya potensi menjadi dosen, berpotensi melanjutkan
kuliah S2 di luar negeri, dan lain sebagainya.
Belajar filsafat itu harus bebas, bebas dari
motif, bebas berfikir (free thingking)
tanpa tekanan, tanpa paksaan dari orang lain, tanpa dikejar-kejar, dan
sebagainya. Kalau kita dalam keadaan tertekan atau dikejar-kejar sesuatu,
bagaimana kita dapat mempelajari filsafat, padahal filsafat itu sendiri adalah
bebas berfikir (free thinking). Jadi
kita tidak bisa mempelajari filsafat bila di bawah tekanan orang lain, dipaksa
orang lain, atau dikejar-kejar orang lain. Belajar filsafat itu berarti
membelajari tata cara berfilsafat. Seperti halnya beribadah, kita mempelajari
tata cara beribadah yang sebenarnya ibadah itu sendiri. Misalnya untuk yang
beragama Islam mempelajari tata cara sholat, sebenarnya sholat itu adalah
ibadah itu sendiri. Untuk yang beragama Katholik mempelajari tata cara
penerimaan sakramen babtis, sakramen babtis itu adalah ibadah itu sendiri, dan
seterusnya untuk agama lain ada tata cara tersendiri untuk beribadah.
Filsafat
dapat didefinisikan sebagai apa saja. Plato (427–348 SM) menyatakan filsafat
ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan
Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika. Menurut Descartes (1596–1650), filsafat
ialah kumpulan segala pengetahuan di
mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. Filsafat adalah
hidup. Dan di dalam hidup ada pikiran, perasaan, daya upaya, masalah, solusi,
dan sebagainya. Salah satu persaan yang kita miliki adalah cinta, terutama kita
sebagai anak muda sering merasakan yang namanya jatuh cinta. Apa itu cinta? Bagaiman
filsafat cinta? Cinta bukan sekedar rasa suka terhadap lawan jenis, rasa
sayang, dan rasa rindu. Banyak orang berusaha mendefinisikan apa itu cinta,
namun tidak ada yang sungguh bisa mendefinisikan apa itu cinta. Cinta itu juga
tidak terduga kapan datangnya, jatuh cinta kepada siapa, kapan dan dimana akan
bertemu tidak ada yang tahu pasti. Pada awal jatuh cinta maka biasanya anak
muda merasa bahagia, membayangkan hal-hal yang indah, bahkan kadang bisa
tersenyum sendiri. Seperti ada lirik lagu yang berbunyi “Bila aku jatuh cinta
aku mendengar nyanyian seribu dewa dewi cinta menggema dunia. Bila aku jatuh
cinta aku melihat matahari kan datang padaku dan memelukku dengan sayang. Bila
aku jatuh cinta aku melihat sang bulan kang dating paaku dn menemani aku
melewati dinginnya mimpi. Bila aku jatuh cinta bersama dirimu.” Namun besarnya
cinta seseorang tidak bisa diukur, sehingga terkadang hanya diibaratkan seluas
samudra, setinggi bintang di langit, seluas jagad raya, seperti matahari yang
tak pernah lelah menyinari bumi, dan lain-lain. Bila orang sedang jatuh cinta
maka dia rela melakukan apapun untuk mendapatkan cintanya sehingga muncul
kata-kata cinta itu buta, cinta ini kadang tak ada logika, dan sebagainya. Seperti
halnya filsafat yang dapat diartikan sebagai sebuah proses, maka dalam filsafat
cinta juga terjadi sebuah proses, sehingga suami istri yang sudah menikah 10
tahun pun masih dalam proses memahami satu sama lain, dalam poses saling
mencintai, dan mereka tidak tahu setelah 5 tahu lagi bagaimana cinta yang akan
mereka alami.
Komponen
dasar berfilsafat adalah logika dan pengalaman. Unsur dasar secara filsafati
adalah rasio dan pengalaman. Logika
merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika
dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi
tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi,
keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti
perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak
tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala
hal.
Asumsi
kedua adalah sebagai anak muda yang dalam keadaan lari kencang untuk mewujudkan
keinginan atau cita-citanya lalu kita disuruh berhenti untuk belajar filsafat. Maka
tidak seharusnya ilmu filsafat itu diberikan secara teoritis dengan membaca buku
filsafat atau dijelaskan saja, tetapi alangkah lebih tepat atau lebih bijaksana
apabila kita sebagai anak muda diberikan ruang untuk dapat membentuk atau
membangun sediri apa itu filsafat. Untuk dapat membangun filsafat itu sendiri
maka perlu adanya refleksi-refleksi, membaca artikel-artike filsafat kemudian
merefleksikannya, merefleksikan apa yang terjadi dalam hidup kita jika dilihat
dengan kacamata filsafat.
Dalam
membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan
yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan
latar belakang budaya,
bahasa,
bahkan agama
tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa
diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa
ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan
menurut latar belakang agama. Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi:
filsafat Barat, filsafat Timur, dan filsafat Timur Tengah.
Sementara, menurut latar belakang agama, filsafat dibagi menjadi: filsafat Islam,
filsafat Budha,
filsafat Hindu,
dan filsafat Kristen.
Filsafat Barat adalah ilmu yang
biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan
daerah-daerah jajahan mereka. Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya
pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Metafisika
mengkaji hakikat segala yang ada, Epistemologi membahas berbagai hal tentang
pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan, Aksiologi
membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia, Etika,
atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak
dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui,
Estetika
membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Sebuah ciri khas
Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama.
Filsafat adalah spiritual. Karena berdoa dan beribadah itu hidup. Beragama yang
diwujudkan dengan beribadah itu hedaknya menggunakan hati. Kita tidak bisa
menganal Tuhan hanya menggunakan pikiran dan logika saja, kita perlu
menggunakan hari kita untuk menengenal Tuhan.
Referensi:
Dikases pada 24 September 2012 pukul
09.00.
pukul 09.00.
Pertanyaan:
1.
Apakah kita bisa hidup tanpa filsafat?
Mengapa?
2.
Untuk mencintai seseorang apakah harus
mempelajari filsafat cinta? Atau untuk memahamii filsafat cinta harus mengalami
yang namanya jatuh cinta?
3.
Apakah dengan adanya globalisasi akan
mempengaruhi filsafat itu sendiri?
4.
Karena filsafat adalah hidup, apakah
untuk belajar filsafat membutuhkan waktu seumur hidup? Ataukah seumur hidup
kita tidak cukup untuk belajar filsafat?
5.
Jika filsafat sapat diartikan apa saja
sesuai dengan pandangan masing-masing, apakah pengertian filsafat bersifat
relative?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar