Selasa, 04 Desember 2012

MITOS DALAM FILSAFAT



Dalam hidup ini, manusia tidak pernah terhindar dari persoalan-persoalan tentang kehidupan, begitu pula saat berfilsafat pun juga muncul persoalan. Persoalan filsafat dari zaman dahulu hingga sekarang sama saja, orang-orang selalu mengalaminya, karena filsafat sendiri merupakan ilmu yang mempelajari olah pikir seseorang. Olah pikir itu sebenarnya adalah apa yang patut dipikirkan, apa yang pantas untuk dipikirkan, apa yang bisa dipikirkan, dan apa yang tidak pantas untuk dipikirkan. Selanjutnya, jika kita bisa berfikir, maka muncul pertanyaan baru yaitu sejauh mana kita mikirkannya dan bagaimana cara kita memikirkannya, terkait metode-metode yang kita gunakan untuk memikirkannya. Itu merupakan persoalan manusia sejak awal. Karena sesungguhnya manusia ditakdirkan mempunyai pikiran, hanya bedanya pada tingkatan atau dimensi kualitas yang berbeda-beda. Selain itu juga memiliki ektensifitas atau keluasan yang tidak sama satu dengan yang lainnya.
Selain persoalan filsafat, hal lain yang bisa dikaji secara filsafati adalah mitos. Jika zaman Yunani punya mitos, maka kita juga mempunyai mitos. Mitos yang ada tidak selamanya bersifat negatif. Mitos bisa saja bermanfaat. Karena anak kecil belajarnya bukan memakai pehamana tetapi melakukan apa-apa yang tidak dimengerti, itulah yang dinamakan mitos. Kita dalam kehidupan kadang juga melakukan seperti hal itu. Tetapi sebagai mahasiswa akan menjadi hal yang lucu jika tidak mengetahui manfaat dan tujuan melakukan sesuatu. Mitos sejalan dengan intuisi, anak kecil 90% belajar dengan menggunakan intuisi. Maka jika dianalogikan, produk merupakan mitos, sedangkan proses merupakan intuisi. Bagaimana anak-anak memahami panjang, pendek, tinggi, redah, luas, sempit, dan lain-lain itu menggunakan intuisi. Intuisi diperoleh dari interaksi dengan lingkungan sekitar, komunikasi dengan keluarga, teman, dan seterusnya. Contoh intuisi yaitu: kapan kita mngetahui konsep cantik atau tampan? Hal tersebut tergantung dari keterbukaan keluarga, keterbukaan lingkungan, dan seterusnya. Bahkan seorang anak kecil umur 11 bulan bisa mendefinisikan apa itu cantik dengan komunikasi bahasa dan interaksi.
            Kalau di Yunani ada mitos bahwa pelangi sebagai jembatan para bidadari untuk turun ke bumi, maka kita juga punya mitos bahwa di laut selatan ada kerajaan Nyai Roro Kidul. Karena sangat kuatnya mitos sehingga orang-orang tidak berani memikirkannya. Mitos lain menyebutkan jika akan pergi ke pantai jangan memakai baju berwarna hijau karena merupakan warna kesukaan Nyai Roro Kidul. Segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada mempunyai dua sisi, yaitu memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan akan adanya mitos laut selatan yaitu orang-orang menjadi santun dan tidak sembarangan terhadap laut selatan sehingga laut selatan terjaga kelestariannya, orang-orang menjadi segan. Kita juga bisa membuat sebuah mitos pada level kecil, misalnya ada pohon mangga yang berjarak 500 m dari rumah sehingga control terhadap buah mangga menjadi berkurang, jadi buahnya sering habis dicuri anak-anak. Maka pada suatu sore sebelum magrip kita bisa berlari-lari ke rumah sambil berteriak hantu, lalu tersiar kabar di kampung bahwa pohon mangga tersebut ada hantunya, sehingga mangganya utuh dan tidak dicuri. Artinya mitos adalah pengetahuan yang diberi motif tertentu. Seorang raja juga butuh mitos untuk mengarahkan rakyatnya dan membuat pengetahuan-pengetahuan. Selain itu, orang Jawa memang memiliki banyak mitos lain, yaitu: tidak boleh duduk di ambang pintu karena takutnya tidak mendapat jodoh; menyapu harus bersih supaya suaminya tidak berjenggot; mencari jodoh tidak boleh yang rumahnya arah timur laut; tidak boleh tidur dengan kepala di utara; pada bulan suro tidak boleh mengadakan pesta; dan lain sebagainya.
            Jika kita tidak mampu mengerti tenang hal yang kita lakukan berarti itu adalah mitos. Tetapi mitos bagi orang lain bisa merupakan ilmu. Mitos dalam diriku atau di luar diriku. Manusia itu hanya bisa berikhtiar, semakin dewasa secara intuisi. Mitos dan intuisi merupakan hal penting untuk belajar anak kecil, karena hampir semua aspeknya adalah mitos yaitu anak-anak tidak mengerti apa yang mereka kerjakan. Misalnya, keterbatasan komunikasi anak 11 bulan yang mempunyai keinginan walau ada kendala berbicara menjadi problem komunikasi. Di dalam perkembangan filsafat yang makro direfleksikan ke dalam mirko (diri kita) kemudian di ektensif dan intensifkan, sehingga muncul pertanyaan tentang bagaimana mengatur keseimbangan antara hati, pikiran, dan tindakan. Jika kita ingin menyamakan hati, pikiran, dan tindakan itu domainnya berbeda. Domain pikiran itu serempak, domain perkataan itu satu per satu bergantian dan seri, sedangkan domain pikiran itu parallel, apalagi tindakan. Secara filsafat sangat sulit untuk mewujudkannya. Secara pragmatis maksudnya kita berbuat bijaksana atau dari sisi pemikiran dan hati kalau kita intensif dan ektensifkan. Bagaimana mengintensifkan hati dan pikiran? Bagaimana mengektensif hati dan pikiran?
            Tebersit juga sebuah tanya bagaimana percaya pada nabi padahal sudah meninggal? Untuk mengenal nabi secara pikiran bisa dari kitab suci, guru agama, buku agama, dan lain-lain. Setiap zaman ada guru spiritual yang mampu membimbing dunia sampai akhirat. Sebenarnya ketika sedang pergi, berperang, mandi, berdiskusi, mengadakan rapat tidak lain tidak bukan bahwa sedang memandang wajah nabi. Dengan mengintensifkan dan mengolah hati, wajah nabi sebenarnya dipandang bukan melalui mata, dipikirkan bukan dengan pikran, tetapi melalui hati.
            Supaya seimbang antara pikiran dan hati bisa bertanya pada ustad, kyai, room, pendeta, tokoh agama, dan lain-lain. Karena dalam hidup ini seyogyanya ada keseimbangan antara pikiran dan hati. Jika hanya pikiran saja yang digunakan, maka lama-lama hati kita akan menjadi tumpul dan tidak peka lagi terhadap sesama kita. Jika kita hanya menggunakan hati, maka pikiran kita pun akan menjadi tumpul, sehingga logika tak berjalan semestinya. Hidup kita adalah antara vital dan fatal. Kuburan adalah tempat roh-roh, sehingga tidak selayaknya berbuat aneh-aneh di kuburan, tetapi harus sopan, mengucap salam, dan lain-lain. Hidup ini juga antara takdir dan nasib. Walaupun kita berusaha, tetapi kita tidak pernah tahu misteri apa yang akan terjadi. Menurut Imannuel Kant namanya adalah pnaumena, sesuatu yang tidak bisa dipirkan, hanya ilmu titen. Secara ontologis, kita punya ciri-ciri, ilmu titen bisa benar bisa juga tidak benar.

Pertanyaan:
1.      Apakah boleh kita tidak percaya pada mitos-mitos yang ada jika kita tidak mengetahui tujuan ato manfaatnya?

Selasa, 20 November 2012

MENEMBUS RUANG DAN WAKTU


Berfilsafat itu menyangkut banyak hal, pendapat para filsuf pasti kita perhatian, sejarah juga kita perhatikan, pikiran, logika, dan pengalaman kita. Pengalaman sangat penting termasuk pengalaman berfikir dan membaca. Yang lebih penting adalah bagaimana kita mendeskripsikan secara profesional ide tentang apa yang ada dan yang mungkin ada. Kemudian mendeskripsikan tentang sifat berfikir termasuk intuisi.
            Jangankan kita yang belajar filsafat, sedangkan orang awam yang tidak belajar filsafat. Jangankan orang awam yang tidak belajar filsafat, sedangkan orang yang tidak sekolah. Jangankan orang yang tidak sekolah, sedangkan anak-anak. Jangankan anak-anak, sedangkan binatang. Jangankan binatang, sedangkan tumbuh-tumbuhan. Jangankan tumbuh-tumbuhan, sedangkan batu pun sebenar-benarnya sedang menembus ruang dan waktu. Sebuah batu yang menembus ruang dan waktu, karena mengalamai masa lampau, sekarang, dan yang akan datang, mengalami kehujanan, kepanasan, ruag yang mengalami banyak hujan dan banyak panas.
Menembus ruang dan waktu bisa sangat sulit dan sangat mudah. Tidur saja menembus ruang dan waktu karena tiba-tiba saat bangun sudah pagi. Ternyata menembus ruang dan waktu berdimensi meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Bahkan yang mungkin ada pun menembus ruang dan waktu, contohnya aku dulu hampir berteman dengan dia, hampir itu mungkin, tetapi belum, ternyata menembus ruang dan waktu, yang tidak kita ketahui juga menembus ruang dan waktu. Contohnya soal kesempatan bekerja. Kita lulus tahun ini dan tahun berikutnya itu berbeda soal ruang.
            Bekal yang dipertimbangkan untuk menembus ruang dan waktu yaitu paham tentang ruang dan waktu, memahami tentang adanya filsafat phenomenology, dan memahami tentang filsafat fondasionalism dan anti tesisnya yaitu anti fondasionalism. Sebagai seseorang yang belajar filsafat itu profesional yaitu lebih detail dan lebih rinci.
            Memahami ruang dan waktu. Ruang berdimensi secara umum, yaitu berdimensi 0, 1, 2, 3, 4, dst. Kita punya ruang-ruang yang lain baik horisontal maupun vertikal. Contoh fisik ruang adalah ruang kelas. Ruang yang ada dalam hidup kita adalah ruang berfilsafatnya menurut versi orang spriritualis. Mulai dari materialism, formalism, normatif, dan spiritual. Maka setiap hari dan tiap saat tiadalah orang menembus ruang. Sekaligus kita adalah materialism, formalism, normatif, dan spiritual. Kita adalah ruang berdimensi tak berhingga. Karena spiritual dimulai dari tingkat 0 sampai spiritual tingkat tertinggi. Setinggi-tingginnya manusia spiritualnya tidak akan melebihi nabi dan Tuhan. Seredah-rendahnya manusia jika dia tidak percaya, belum percaya, atau bahkan memusuhi. Apalagi normatif, normatif itu ilmu. Orang yang tidak berilmu, misalnya orang gila itu sebenarnya masih punya pengetahuan karena bisa berjalan dan lain-lain, walaupun tidak berkategori karena kehilangan orientasi kategori. Contoh menembus ruang dan waktu adalah orang sholat. Saat sujud itu termasuk normatif sekaligus spiritual. Waktu ada 3 macam, yaitu: waktu berurutan, waktu berkelanjutan, dan waktu berkesatuan.
            Fenomenologi tokonya dalah Husserr. Isi pokok fenomenologi adalah abstraksi dan idealitas. Sebenar-benarnya manusia adalah abtraksi, karena hanya bisa melihat satu titik, tidak bisa melihat banyak titik sekaligus. Berfikir juga tidak bisa sekaligus memikirkan semuanya pada waktu yang sama, misalnya sedang memikirkan Jakarta maka lupa Surabaya lupa London, dan sebagainya. Apalagi berbicara, maka tidak bisa mengatakan semuanya yag dipikirkan secara serempak bersama-sama. Maka harus memilih kata-kata yang aku katakan. Kata itu ada yang terucap dan tidak terucap. Kata-kata sangat tidak mencukupi untuk mengatakan semua pikiran. Itulah hakikat dari abstraksi atau reduksi.  Filsafatnya adalah abstraksionism dan reduksionism. Dan hakikat manusia adalah abstraksi, itu adalah kodrat.
            Keterbatasan adalah karunia dari Tuhan. Fenomenologi adalah abstraksi, maka Husserr membangun rumah besar yang dipakai untuk menampung/menyimpan semua yang tidak dipikirkan, yaitu rumah ephoce. Visualisasinya berbagai macam, bisa dengan melakukan kegiatan2 atau menutup diri. Belajar matematika misalnya, maka warna, bahan, aromanya semuanya dimasukan ke dalam ephoce, yang dipikirkan hanya ukuran dan bentuknya. Padahal segitiga mempunyai sifat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Dimensi 1 atau dimensi 2, misalnya materialnya ilmu, maka formalnya ilmu pengetahuan, normatifnya logos atau filsafat, dan spiritualnya ciptaan.
Yang ketiga yaitu the foundasionalism and anti foundasionalism. Sebenar-benarnya foundasionalsm adalah intuisi. Semua umat beragama pasti kaum fondasionalism, karena menetapkan Tuhan sebagai kausa prima, karena sebab dan dari segala sebab dan tidak ada yang mendahuluinya. Semua orang yang menikah adalah kaum fondasionalism. Fondamenya adalah ijab kobul. Maka semua pure mathematics adalah fondasionalism, karena menempatkan definisi sebagai pondasi. Jika engkau tahu kapan engkau mulai itulah kaum fondasionalisme, tetapi lebih banyak lagi dunia ini tidak diketahui kapan mulainya itulah yang disebut intuisionism. Manusia sekaligus fondasionalism dan intuisionism, itulah yang disebut hidup ini kontradiksi. Misalnya mengerti besar dan kecil tidak perlu definisi, itulah yang namanya intuisi. Maka pendidikan di sekolah gagal, siswa benci pada matematika karena mereka telah terampas intuisinya. Contoh: Bagaimana memahami bilangan 2? 2 adalah 1 + 1. 2 adalah 2 x 1. 2 adalah bilangan prima terkecil. 2 adalah 6 : 3. Itu terjadi karena definisi. Padahal 2 tidak perlu definisi, karena mereka sudah tahu sebelum sekolah bahwa tangan mereka ada 2, kakinya ada 2, telinga ada 2, dan seterusnya. Maka 2 tidak perlu definisi.
Brower itu anti fondasionalism. Brower ingin mendidik matematika dengan intuisi. Rasa sayang pada orang tua, agama, berdoa memerlukan intuisi. Mengerti besar kecil, jauh dekat, panjang pendek adalah intuisi ruang. Lama sebentar adalah intuisi waktu. Matematika formal, aksioma itu spesial.

Pertanyaan:
1.      Bagaimana mengajarkan matematika sekolah dengan menggunakan intuisi?

MENCOBA MENGERTI FILSAFAT


Ada 2 hukum di dunia ini yang paling mendasar. Yang pertama hukum identitas dan yang kedua hukum kontradiksi. Hukum identitas jika a = a, aku = aku, berdiri = bediri. Tetai, jika memperhatikan ruang dan waktu maka hukum identitas tidak akan pernah tercapai. Hukum identitas itu artinya subjek = predikat. Hanya Tuhan yang merupakan subjek = predikat, maka orang tidak pernah sama dengan namany. Maka 2 = 2 itu hanya bear jika dipikirkan, kalau ditulis dan diucapkan menjadi salah. Karena kita tidak bisa mengucapkan banyak kata dalam sekali ucap. Maka dalam matematika hanya benar jika dalam pikiran, yang tertulis itu salah menurut filsafat. Dalam hidup ini berlaku hukum kontradiksi, subjek tidak sama dengan predikat. Maka kita tidak pernah sama dengan nama kita masing-masing. Hukum identitas yang kemudian disebut sebagai analitik. Ilmu yang bersifat analitik adalah matematika, karena yang benar adalah yang ada di dalam pikiran. Hukum kontradiksi sifatnya adalah sintetik. Oleh karena itu, di dalam logika (berfikir murni, matematika) sifat pengetahuany bersifat analitik, maka nilai kebenaranya apakah dia konssten atau tidak. Maka matematika nilai kebenaranya dilihat apakah konsisten atau tidak. Sedangkan dalam dunia ini hukumnya adalah kontradiksi, nilai kebenaranya adalah korespondensi. Kemudian ditambah unsure lagi yang identitas berupa definisi, teorema, aksioma, dan lain-lain. Disamping bersifat analitik, maka berfikir itu punya sifat apriori. Apriori itu punya kelebihan merencanakan dan memikirkan apa yang belum dilihat. Sebaliknya dunia pengalaman bersifat aposteriori. Jadi berfilsafat itu berkontradiksi, siap berkotradiksi dengan pikiranmu. Hubunganya dengan hati adalah jangan membiarkan hati kita berkontradiksi, karena jika berkontradiksi maka adalah setan. Ephoce adalah tempat untuk membuang hal-hal yang tidak kita pikirkan. Orang beragama dan tidak beragama bedanya di etik dan estetika, bisa mengelola hati yang tegoda oleh setan.
Tiada seorang filsuf pun yang mengaku dirinya filsuf. Misalya Plato hanya berkarya saja, dan orang lain yang menganggap filsuf. Tiadalah orang yang mampu menguasai filsafat, hanya berusaha mempelajari. Filsafat seorang guru menentukan belajar A dan siswa ingin belajar B, filsafatnya adalah terjeman dan menerjemahkan, yaitu hermeunitika/berinteraksi. Fungsi guru adalah menyediakan alat, sarana, fasilitas sehingga siswa dapat belajar matematika secara optimal. Filsuf, filsuf ilmuan, dan ilmuan filsuf itu berbeda. Misalnya Emanuel Kant dan Pythagoras adalah matmatikawan sekaligus filsuf. Godel dan Fermat adalah tokoh matematikawan murni.
Romamtisme itu bahwa yang benar adalah yang romantic, yang ada yang romantic, hidup ini dipandang sebagai sesuatu yang romantic. Ada unsur keindahan, percintaan, dan unsure kuasa. Kalau dilihat dari romantisisme, peperangan di teluk Persia adalah percintaan Sadam Husein dan Josh Bush. Ketampanan diukur dari kekuasaan. Misalnya di Indonesia yang paling tampan adalah Susilo Bambang Yudoyono, sedangkan di dunia yang paling tampan adalah Barrack Obama.
Munculnya filsafat karena orang tertarik pada objek di luar dirinya, maka orang emnajdi bertanya unsure yang membentuk objek di luar dirinya. Objek pertama filsafat adalah alam. Refleksi paling tinggi dalam filsafat karena di dalamnya ada judgement. Wayang adalah bayangan yang di dalamnya mengandung estetika, unsure filsafat, ilmu, dan seterusnya. Intisari wayang memperoleh kebaikan dan menghindari keburukan. Di dalam wayang ada tokoh-tokoh, di dalam filsafat juga ada tokoh yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Dari sisi filsafat, wayang itu adalah usaha memperbincangkan tokoh-tokoh manusia, sebagai simulasi. Di dalam filsafat kita memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Tingkatan yang paling tinggi dari siswa memperlajari matematika adalah jika dapat memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada dalam matematika sekolah. Maka ukuran kita dapat berfilsafat jika mampu  memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Wayang juga mengajarkan nilai tata krama dan pusat-pusat kerajaan.
Kita tidak bisa memiih fisafat, artinya filsafat itu lebih dari cair, lebih dari seperti udara, lebih dari secepat suara, tetapi secepat cahaya karena filsafat adalah olah pikir. Para filsuf adalah pintu masuknya filsafat. Jika kita mengambil salah satu filsuf, pasti akan membaca tokoh yang lain. Misalnya tokoh Imanuel Kant yang tetap juga berubah, idealis juga realis, rasionalis juga empiris.
Tesis adalah yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya tesisnya A, maka antitesisnya adalah selain A. Maka kita bisa mendefinisikan dunia dengan tesis dan antithesis. Jika ada perbedaan adalam pendapat, maka dibicarakan. Untuk mengetahui olah pikir kita mengalami peningkatan adalah dengan refleksi, setiap jenis ujian adalah refleksi.

Pertanyaan:
1.      Bagaimana mengaplikasikan ilmu filsafat dalam kehidupan kita?

Selasa, 09 Oktober 2012

FILSAFAT MEMBINGUNGKAN?


Filsafat akan membuat orang lain menjadi semakin jelas. Jika menjadikan seseorang menjadi bingung, maka filsafatnya bermasalah. Jadi, jika kita mengalami kebingungan, bukan penjelasanya yang kurang jelas, tetapi kita yang sedang belajar. Terjadilah hubungan timbal balik, karena metode berfilsafat itu terjemah menerjemahkan.
Persoalan filsafat ada 2, jika yang dipikirkan di luar pikiranmu, bagaimana kita mengetahuinya. Sebagian besar merasa sudah mengetahuinya,padahal belum mengetahuinya. Maka sebodoh-bodohya orang jika tidak tahu,tetapi merasa sudah tahu. Kalau sudah tahu, maka bagaimana menjelaskannya pada orang lain. Contohnya: betapa sulitnya menjelaskan rasa cinta suami pada istrinya. Tetapi jika istrinya bertanya, “Bagaimana cinta suaminya besok? Bagaimana setelah 10 tahun lagi?” maka tidak akan pernah bisa menjelaskan rasa cintanya.
Berfilsafat adalah olah pikir yang reflektif. Hidup dibagi 2, yaitu tataran atas dan tataran bawah. Tataran atas adalah logika, sedangkan tataran bawah adalah pengalaman. Contoh berfikir tanpa pengalaman: orang takut dengan singa walaupun tidak mempunyai pengalaman diterkam singa. Contoh pengalaman yang tidak pakai berfikir: kita mengajak kucing berlibur ke pantai, tetapi kucing tidak bisa memikirkan pengalamanya. Padahal sebagain besar manusia tidak memikirkan pengalamanya. Itulah tugas dan manfaat berfilsafat.
Ketika masih belajar, jangan prejudging. Cara mengembalikan keoriginalan pikiran kita adalah dengan berinteraksi, terjemah dan menterjemahkan. Menggapai keseimbangan berfikir, keseimbangan filsafat, dan keseimbangan hidup berdasarkan keteguhan hati atau spritualitas, sehingga pemikiran orang lain untuk membangun filsafat. Tidak ada seorang filsuf pun yang tidak terinsprirasi oleh filsuf lain. Karena hidup kita tidak terisolasi. Orang yang tidak mau berfilsafat, seperti orang yang berada di laut, tetapi tidak peduli dengan airnya apakah asin atau tawar. Kita adalah subjek atau objek yang berputar pada porosnya, yaitu spritualitas. Belajar filsafat itu bersifat anyware and anytime. Semakin air mendekati hulu, maka airnya semakin universal, sedangkan semakin mendekati hilirairnya semakin kontekstual. Begitu pula yang terjadi pada filsafat, semakin ke atas maka filsafat semakin universal, semakin ke bawah semakin kontekstual.
Objek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang mungkin ada itu terletak di dalam pikiran kita. Hidup setiap saat adalah mengubah yang mungkin ada menjadi ada. Tiada berfilsafat kalau tidak mengacu pada tokoh.
Mengembangkan pola pikir dalam berfilsafat yaitu dengan metode hidup. Contohnya: bagaimana pohon bisa hidup, burung bisa hidup, dan seterusnya. Seperti bumi yang berpusat pada porosnya, maka bumi tidak akan pernah menempati ruang yang sama, seperti kita yang tidak pernah menempati tempat yang sama. Hendaknya kita meniru ciptaan Tuhan, maka kita berputar pada doa kita.
Memulai filsafat dengan baik dan benar dengan menaati norma yang disepakati. Kepastian adalah musuh filsafat. Dalam urusan pikiran, maka kepastian adalah musuhnya. Kadangkala kita mengalami kebingungan dalam berfilsafat, hal itu terjadi supaya kita mampu memikirkannya. Kebingungan yang terjadi karena isi mencari wadahnya. Misalnya bola yang ditempatkan pada ruangan besar bisa ditendang ke segala arah, sedangkan jika ditempatkan pada wadah yang pas, maka tidak akan bisa bergerak. Jika kita mengalami kebingungan dalam filsafat, hendaknya kita berhenti memikirkanya lalu berdoa atau beristirahat. Karena filsafat itu adalah proses mengembarakan pikiran yang bisa mengakibatkan hati bererosi. Maka dalam satu kali berfilsafat, hendaknya kita sepuluh kali berdoa. Jika dua kali berfilsafat, maka 20 kali berdoa.
Jangan merasionalkan keyakinan kita. Filsafat itu tergantung orangnya. Batas antara sesat dan tidak sesat itu tipis. Seperti yang terjadi pada bawang. Bawang itu adalah isi sekaligus juga kulit.
Diri kita sendiri adalah ketidakadilan. Kodrat bahwa manusia tidak bisa adil, kodrat pula manusia berusaha menjadi adil. Karena ada hukum reduksi, Tuhan juga memberlakukanya. Contoh: kita tidak memilih siapa ibu yang akan melahirkan kita. Kita bisa hidup karena ketidakadilan itu. Ikhtiar manusia untuk mengapai keseimbangan.
Berfikir filsafat itu abstrak dan riil. Anak kecil belajar menggunakan mitos, karena melakukan tanpa mengetahui. Ilmu matematika adalah pengandaian. Konsep awal, awal bisa menjadi segala-galanya. Manusia tidak bisa lepas dari awal. Dalam filsafat, awal adalah pondasi, aliranya adalah fondasionalism. Kita dikatakan mulai berfilsafat saat merefleksikan hidup. Setiap yang ada dan yang mungkin ada punya kebenaranya masing-masing. Kebenaran spriritual itu absolute. Filsafat itu berbicara tentang berpikir. Matakognisi bisa dikategorikan ilmu bidang psikologi, tetapi bisa ikut filsafat.
Filsafat itu olah pikir. Jadi, manfaat kita belajar filsafat adalah kita bisa berolah pikir. Kalau tidak belajar filsafat, berarti tidak mempelajari cara filsafat. Filsafat matematika adalah memikirkan apa yang ada dan yang mungkin ada dalam matematika. Filsafat itu menembus ruang dan waktu.

Pertanyaan:
1.      Mengapa filsafat itu dikatakan menembus ruang dan waktu?